Mendukung Perayaan Imlek Aman dan Lancar

0
54

Oleh : Ricky Herdian )*

Sebentar lagi ada perayaan Imlek dan faktor keamanan harus dinomorsatukan. Selain mencegah sweeping dan serangan terorisme, juga ada pencegahan dari klaster Corona baru. 

Imlek akan dirayakan dengan suka cita oleh warga keturunan Tionghoa. Mereka akan memakai baju berwarna merah sebagai simbol kebahagiaan, memakan jeruk dan kue keranjang, serta memberi angpao dalam amplop merah. Kebahagiaan dirasakan karena baru setelah orde baru tumbang, mereka boleh merayakan Imlek secara terang-terangan.

Akan tetapi perayaan Imlek diintai oleh sweeping dan ancaman dari kelompok radikal dan teroris. Memang kelompoknya sudah dibubarkan oleh pemerintah tetapi bisa saja ada eks anggotanya yang menyerang simbol-simbol Imlek sebagai bentuk intoleransi. Oleh karena itu penjagaan makin diperketat oleh aparat keamanan, agar tidak ada yang menjadi korban.

Selain ancaman kekerasan, ancaman lain pada perayaan Imlek adalah pengamanan dari bahaya Corona, karena masih masa pandemi. Jangan sampai hari raya yang berawal bahagia malah berakhir jadi duka karena setelah itu jumlah pasien Covid melonjak drastis. Apalagi saat ini sudah ada varian omicron yang 70 kali lebih cepat menular, jadi semua harus tetap waspada dan ingat bahwa pandemi belum selesai.

Kasi Humas Polresta Balerang AKP Tigor Sidabariba menyatakan bahwa perayaan Imlek harus sesuai dengan protokol kesehatan dan memakai masker serta menghindari kerumunan. Masyarakat harus mematuhi aturan sesuai dengan surat edaran dari walikota. Dalam artian, jika semuanya tertib maka akan bisa merayakan Imlek dengan gembira dan tak waswas akan tertular Corona.

Merayakan Imlek memang tidak dilarang tetapi saat pandemi tentu ada beberapa penyesuaian. Pertama, untuk tetap menjaga jarak maka saat akan masuk ke ruang ibadah, dilakukan secara bergantian, dan maksimal 50% dari kapasitas. Mereka juga harus memakai masker dan tidak boleh bersalaman secara langsung agar tetap bisa menghindari kontak fisik dan potensi penularan Corona.

Kedua, saat ada acara makan-makan, boleh diselenggarakan tetapi harus terbatas dan tidak boleh mengundang banyak orang. Sebaiknya hanya ada keluarga inti (ayah, ibu, anak, plus kakek serta nenek). Jika ada paman, bibi, ipar, keponakan, dan keluarga jauh lain maka takut akan susah untuk menjaga jarak dan mengurangi kerumunan, apalagi saat makan wajib melepas masker sehingga harus meminimalisir penularan Corona dan taat prokes. 

Walau makan-makan hanya dilakukan oleh keluarga inti tetapi juga harus taat protokol kesehatan. Saat baru masuk rumah harus mencuci tangan dengan sabun antiseptik dan menyimpan masker di tempat yang bersih, lalu mengurangi kontak fisik dan menjaga jarak antar kursi. Semuanya pasti memaklumi karena masih masa pandemi. Ketaatan pada protokol kesehatan tidak akan mengurangi kesyahduan Imlek.

Sedangkan yang ketiga, tahan dulu untuk tidak merayakan Imlek di tempat terbuka seperti biasa, seperti pertunjukan barongsai dan leang leong di depan klenteng atau mall. Penyebabnya karena jika ada barongsai maka akan menarik perhatian banyak orang dan menyebabkan kerumunan, otomatis melanggar protokol kesehatan. Jangan nekat untuk melakukannya jika tidak ingin disemprot oleh tim satgas penanganan Covid.

Perayaan Imlek di masa pandemi memang harus menyesuaikan dengan berbagai aturan dan menaati protokol kesehatan 10M, seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan poin-poin lainnya. Imlek akan aman dan lancar serta terhindar dari Corona karena semuanya taat prokes dan sudah divaksin. Selamat Imlek dan semoga di tahun macan ini kita semua diberi rezeki berupa kesehatan.

)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here