Pasraman Sai Sarwa Dharma Denpasar adakah Manusa Yadnya Bersama
INFOBALINEWS, DENPASAR – Ketua PHDI Kota Denpasar, I Made Arka S.Pd, M.Pd dalam Dharma Wacananya pada peserta upacara Manusa Yadnya Bersama meliputi upacara Tiga Bulanan, Wetonan, Menek Kelih, Metatah dan Pawinten di Pasraman Sarwa Dharma, di Denpasar, Jumat 28 Juni 2024 (Rangkaian upacara sudah dimulai sehari sebelumnya_red), menyatakan pentingnya sebuah acara yadnya diadakan secara bersama untuk membuat sebuah yadnya tidak menjadi beban bagi umat Hindu. Karena akan ada ada saling dukung antar umat Hindu dalam melaksanakan yadnya, baik dalam segi dana maupun upakara.
Kata Made, khususnya upacara potong gigi yang dalam bahasa Bali sering pula disebut mepandes, mesangih atau metatah merupakan ritual keagamaan yang harus dilaksanakan oleh semua umat Hindu di Bali yang sedang menginjak masa remaja. Dalam ajaran ini terkandung nilai-nilai pendidikan budi pekerti yang sedang dibutuhkan pada masa remaja sebagai sarana dalam pembentukan kepribadian anak yang merupakan kelanjutan dari pembentukan di masa bayi dalam kandungan, dengan harapan lahirnya anak yang suputra (anak yang baik).
Peserta potong gigi juga diajarkan makna dalam kehidupan, seperti merasakan rasa pedas, manis, pahit, asam, sepat dan asin yang disiapkan dalam satu satu sesaji, menyimbolkan bahwa dalam kehidupan akan menjumpai keadaan yang pedas, manis, pahit, asam, sepat hingga asin.
Sementara itu, Ketua Pasraman Sai Sarwa Dharma Denpasar, Made Ratnadi, S.E., berharap program sosial ini tetap terlaksana dengan baik, dengan melahirkan generasi pembaharuan yang berkarakter.
Menurutnya, upacara Metatah adalah ritual agama hindu sebagai salah satu bagian dari manusa yadnya. “Upacara Metatah juga dimaknai untuk melepaskan diri dari pengaruh Sad Ripu, yang khusus dilakukan pada anak, yang mulai menginjak dewasa,” kata Made Ratnadi.
Sementara itu, lanjutnya peserta metatah bersama diikuti 61 orang, yang terdiri dari 8 orang telubulanin, 15 orang menek kelih dan 45 orang metatah serta mewinten berjumlah 3 orang.
Lebih jauh disebutkan, bahwa upacara metatah diyakini sebagai salah satu tradisi spiritual membuang hal-hal buruk beserta kesalahan masa lampau, yang kemudian mulai hidup, dengan mengikuti petunjuk dan perintah agama, karena metatah sebagai simbol melepas enam musuh yang berada didalam diri setiap insan.
“Untuk itu, keenam musuh tersebut wajib dikendalikan, sehingga dapat diterapkan kehidupan bhiksuka dengan baik,” tegasnya.
Bahkan, zaman kali yuga ini, orangtua wajib memberikan pengetahuan kepada anak-anaknya sebagai bekal masa depan anak cucu berpengetahuan agama yang luas, yang selalu membawa kebaikan, dalam menjalani bahtera kehidupan.
Melalui upacara metatah, Made Ratnadi berharap umat mampu mewujudkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi pribadi yang humanis, berkarakter, rukun, mandiri, unggul dan berintegritas.
“Pribadi-pribadi tersebut, juga diharapkan mampu menciptakan nilai-nilai baru, dalam rangka mengangkat derajat kemanusiaan, bahkan derajat kedewataan,” ungkapnya.
Selain introspeksi diri dan mulat sarira, Metatah Bersama juga bisa dijadikan sebagai momentum memupuk rasa kebersamaan, untuk menghilangkan semua musuh yang berada didalam diri setiap insan.
“Hal tersebut dilakukan, untuk menata kembali sikap dan perilaku, guna menjaga keharmonisan, kedamaian dan jagadhita, berkonsep tri hita karana,” pungkasnya.
Pasraman Sai Sarwa Dharma Denpasar menggelar upacara Manusa Yadnya Bersama ini di Jalan Letda Made Putra nomor 108, Kayumas Kelod, Dangin Puri, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar.
Turut hadir, Walikota Denpasar yang diwakili Kadis Kebudayaan Kota Denpasar, Ketua PHDI Kota Denpasar dan juga anggota DPD RI terpilih periode 2024-2029/ Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedastera Putra Suyasa, yang akrab disapa Arya Wedakarna (AWK). Selain manusa yadnya, Pasraman Sai Sarwa Dharma Denpasar juga melakukan program agenda tahunan bersifat sosial, seperti bedah rumah, pelayanan ke panti jompo, berbagi sembako, makan gratis, donor darah, penanaman pohon dan ikut melarung eko enzim, pembagian takjil, saat bulan puasa hingga upacara Metatah Bersama. (wan)